Untukmu yang telah terbiasa di
hati berhari-hari .. entah sejak kapan yang pasti saat ini dan semoga hingga
akhir nanti. Terimakasih untuk semuamu untukku..waktu..hati..perhatian..dan
semuanya yang tak terukur.
Kita tidak pernah tau apakah
kelak kita akan tetap seperti ini..lebih baik atau malah sebaliknya tak
bertegur sapa sama sekali. Yang pasti tak ada hal yang sifatnya kebetulan, yang
ada hanyalah doaku sama dengan rencana Allah. Doaku meminta seseorang yang mungkin
kau.
Bersamamu tidak selamanya
menjadikanku bahagia, tapi setidaknya membuat ku mengerti tentang mengelola dan
menempatkan perasaan hati. Bagaimana membutuhkan dan dibutuhkan.
Ketidaksempurnaanku membuktikan
akan kemanusiaanku, aku tidak cantik, tidak kaya, tidak juga cerdas, jauh dari
soleha, tapi setidaknya aku ingin menjadi pribadi yang membaik setiap waktunya.
Maka aku membutuhkanmu untuk membantu ku.
Di penghujung sajadah selalu ku
bulirkan sebuah doa yang semoga Allah menujukannya ke arahmu. Bukan sosok kaya
yang aku harapkan, tapi seseorang yang dengan pribadinya menjadikanku lebih
baik dan lebih mudah menuju janahNya.
Aku tidak menjanjikan
penyelesaian untuk semua masalahmu, tapi dengan senang hati kan kudengar semua
celoteh kesahmu. Inilah aku dengan semua kekuranganku.
Ada banyak yang ingin ku celotehkan
denganmu melalui kata-kata ini, tapi ku biarkan mengambang di langit-langit
pikirku untuk ku simpan rapat-rapat hingga Dia merengkuh kita dalam satu ikatan
suci pernikahan menyempurnakan separuh agama kita.
Cintai aku dan bukan harapanmu
karena aku ingin kamu
hanya itu
*surat ini bukan untuk membuat
hatimu tertarik...karena aku hanya belajar bagaimana caranya berkata jujur
dengan perasaan...bagaimana kata-kata yang dirangkai oleh hati akan sampai pula
ke hati...bagaimana carra mengeja rasa dalam kata..
Dengan ini Allah mungkin cemburu,
tapi kumohonkan ampun atas nama hati dua anak manusiaNya..